SKIZOFRENIA
Skozofrenia sebenarnya termasuk
gangguan kesehatan dan karenanya termasuk dalam ilmu kedokteran khususnya ilmu
kedokteran jiwa (psikiatri) dan merupakan penyakit, yang penanganannya sesuai
dengan azas-azas kedokteran sebagaimana halnya penyakit-penyakit fisik
(jasmani) lainnya. Skizofrenia tidak semata-mata dengan obat saja, tetapi juga
disertai jenis terapi lain misalnya psikoterapi, psikoreligius terapi dan
upaya-upaya rehabilitasi lainnya sehingga pendekatan yang digunakan sifatnya
holistik.
Penyakit Skizofrenia atau Schizophrenia
artinya kepribadian yang terpecah, antara pikiran, perasaan dan perilaku. Dalam
artian apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pikiran dan perasaanya. Secara
spesifik skizofrenia adalah orang yang mengalami gangguan emosi, pikiran dan
perilaku.
MEKANISME TERJADINYA
SKOZOFRENIA
Untuk mengetahui dan memahami
perjalanan penyakit skizofrenia diperlukan pendekatan yang sifatnya holstik,
yaitu dari sudut organobiologik, psikodinamik, psikoreligius dan psikososial.
Ø ORGANOBIOLOGIK
Teori yang dikembangkan untuk
mengetahui penyebab (etiology) skozofrenia, antara lain:
1.
Faktor
genetik.
2.
Virus.
3.
Auto/antibody.
4.
Malnutrisi
(kekurangan gizi).
Sebagaimana telah diuraikan
diatas bahwa bila ada gangguan pada perkembangan otak janin selama kehamilan
(efigenetic factor), maka interaksi antara gen yang abnormal yang sudah ada
sebelumnya dengan faktor epigenetic tersebut dapat muncul gejala skizofrenia.
Dari penelitian yang
telah dilakukan pada penderita skizofrenia ditemukan perubahan-perubahan atau
gangguan pada system transmisi sinyal pengantar saraf (neuro-transmitter) dan
reseptor di sel-sel saraf otak (neuron) dan interaksi zat neuron-kimia seperti
dopamin dan serotonin, yang ternyata mempengaruhi fungsi-fungsi kognitif (alam
fikiran), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) yang menjelma dalam
bentuk gejala-gejala positif maupun Skozofrenia.
Ø PSIKODINAMIK
Mekanisme terjadinya skizofrenia pada
diri seseorang dari sudut psikodinamik dapat diterangkan dengan dua buah teori,
yait:
1.
Teori
homeostatik-deskriptif; diuraikan gambaran gejala-gejala (deskripsi) dari suatu
gangguan jiwa yang menjelaskan terjadinya gangguan keseimbangan (balance) atau
homeostatik pada diri seseorang, sebelum dan sesudah terjadinya gangguan jiwa
tersebut.
Misalnya
apa yang dikemukakan oleh sigmund freud (1923), yang menyatakan bahwa gangguan
jiwa paranoia merupakan jelmaan dari proyeksi laten dan pembalikan dari
dorongan-dorongan homoseksual.
2.
Fasilitatif-etiologik;
diuraikan faktor-faktor yang memudahkan (fasilitasi penyebab (etiologi suatu
penyakit itu muncul, bagaimana perjalanan penyakitnya dan penjelasan mekanisme
psikologis dari penyakit yang bersangkutan. Menurut Melanie klein (1926), bahwa
skizofrenia muncul karena terjadi fiksasi pada fase paranoid-schizoid pada
perkembangan awal masa bayi. Teori lain menyatakan bahwa pada penderita
skizofrenia sudah terdapat faktor
psikogenetik sebelumnya.
Menurut Freud suatu gangguan jiwa
muncul akibat terjadinya konflik internal pada diri seseorang yang tidak dapat
beradaptasi dengan dunia luar. Sebagaimana diketahui bahwa pada setiap diri
terdapat 3 unsur psikologik yaitu yang dinamakan Id, Ego dan Super Ego. Id
merupakan jiwa seseorang berupa dorongan atau nafsu yang sudah ada sejak
manusia lahir, Id sifatnya vital sebagai suatu mekanisme pertahanan diri, cintoh:
nafsu makan, minum, seksual, agresivitas, dan sejenisnya. Unsur Super Ego
sifatnya sebagai”badan penyensor”, memiliki nilai-nilai moral etika yang
membedakan mana yang boleh mana yang tidak, mana yang baik, mana yang buruk,
mana yang halal mana yang haram dan sejenisnya. Dengan kata lain merupakan
“hati nurani” manusia. Sedangkan Ego merupakan ”badan pelaksana” yang
menjalankan kebutuhan Id setelah “disensor ” dahulu oleh Super-Ego.
Ø PSIKORELIGIUS
Dari sudut pandang
agama Islam, konsep Id, Ego dan super-Ego dari teori freud sebenarnya sudah ada
hanya pengistilahannya yang berbeda. Manusia adalah makhluk fitrah, sejak
manusia lahir sudah dibekali dengan dorongan-dorongan atau Nafsu seperti nafsu
makan, minum, agresif dan nafsu seksual.tanpa adanya dorongan nafsu diatas
manusia tidak akan dapat mempertahankan diri keberadaannya di dunia.
Ø PSIKOSOSIAL
Faktor “S” (situasi atau kondisi yang
tidak kondusif pada diri seseorang) dapat merupakan stresor psikososial.
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan
perubahan dalam kehidupan sesorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan
penyesuaian diri (adaptasi) untuk menanggulangi stressor (tekanan mental)yang
timbul.
Namun, tidak semua orang mampu
melakukan adaptasi dab mampu menanggulanginya sehingga timbul keluhan-keluhan
kejiwaan, antara lain berbagai jenis gangguan jiwa yang salah satunya adalah
skizofrenia.
Jenis stressor psikososial:
a.
Perkawinan;
berbagai masalah perkawinan seperti pertengkaran, perceraian.
b.
Problem
orangtua
c.
Hubungan
interpersonal (antar pribadi)
d.
Pekerjaan
e.
Lingkungan
hidup
f.
Keuangan
g.
Hokum
h.
Perkembangan
i.
Penyakit
fisik atau cidera
j.
Faktor
keluarga.
GEJALA KLINIS
SKOZOFRENIA
Gambaran yang mencolok misalnya
penderita bicaranya kacau dengan isi pikiran yang tidak dapat diikuti dan tidak
rasional, perasaannya tidak menentu sebentar marah dan mengamuk (agresif),
sebentar tertawa gembira atau sebaliknya sedih. Prilakunya sering aneh misalnya
lari-laari tanpa busana dan lain sebagainya. Gejala yang tersamar/tidak mencolok misalnya
mengurung diri dalam kamar, tidak mau bicara, bicara dan tertawa sendiri dan
lain sebagainya.
Ø Gejala
Positif skizofrenia
a.
Delusi
atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal).
b.
Halusinansi,
yaitu pengalaman panca indera tanpa ada rangsangan (stimulus). Misalnya
penderita mendengar suara-suara/ bisikan di telinganya padahal tidak ada sumber
dari bisikan itu.
c.
Kekacauan
piker, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau
sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya.
d.
Gaduh,
gelisah, tidak dapat diam, mondar mandir, bicara dengan semangat dan gembira
dengan berlebihan.
e.
Merasa
dirinya orang besar, merasa serba mampu, hebat dan sejenisnya.
f.
Pikirannya
penuh dengan kecuruigaan dan seakan akan
ada ancaman terhadap dirinya.
g.
Menyimpan
rasa permusuhan.
Ø Gejala
Negatif Skizofrenia
a.
Alam
perasaan (affect) mendatar. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari
wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
b.
Menarik
diri atau mengasingkan diri (with drawn) tidak mau bergaul atau kontak dengan
orang lain, suka melamun.
c.
Kontak
emosional amat “miskin”, sukar diajak bicara, pendiam.
d.
Pasif
dan apatis, menarik diri dari pergaulan social.
e.
Sulit
dalam berfikir abstrak
f.
Pola
piker stereotip.
g.
Tidak
ada/kehilangan dorongan kehendak (avolition) dan tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa
serta serba malas (kehilangan nafsu).
TERAPI (PENGOBATAN)
Gangguan skizofrenia adalah salah satu
penyakit yang cenderung berlanjut
(kronis), oleh Karen itu memerlukan waktu relative lama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, hal ini dimaksudkan untuk menekan sekecil mungkin kekambuhan.
Terapi yang digunakan:
a.
Psikofarmaka,
b.
Psokoterapi,
c.
Terapi
psikososial, dan
d.
Psikoreligius.
PSIKOPAT, PARANOID, DAN
GANGGUAN KEPRIBADIAN LAINNYA
Psikopat adalah perilaku psikologis
dimana pelaku terus menerus mencari gratifikasi (pembenaran diri) atas
tindakan2 keliru yang dilakukannya. Seorang psikopat tidak memiliki kemampuan
untuk mengenali dan belajar dari kesalahan. Namun dia memiliki daya analisa
yang tinggi dan seringkali tergolong orang yang sangat cerdas.
Pengertian Paranoid adalah kelainan
jiwa yang disebabkan oleh ketakutan yang amat sangat. Ketakutan dapat muncul
karena seseorang membayangkan kejadian yang sudah terjadi di masa lalu, atau
kejadian yang mungkin terjadi di masa depan.
Perkembangan
Kepribadian
Ø Faktor
Rumah Tangga/Keluarga
Dewasa ini di Negara Barat menghadapi
permasalahan besar, yaitu kenakalan remaja dan penyalahgunaaan obat (drugs
abuse). Sebagian anak yang menyalahgunakan obat tersebut mengalami gangguan
kepribadian (personality disorder), salah satu diantaranya adalah bentuk
psikopatik.
Anak yang psikopatik bila kelak dewasa
akan memperlihatkan berbagai perilaku antisosial, antara lain tindak
kejahatan/kriminal. Pada umumnya anak tersebut dibesarkan dalam keluarga yang
tidak sehat dan tidak bahagia, disebabkan karena ketidak beradaannnya orangtua
dan atau karena tidak berfungsinya orangtua sebagaimana mestinya (deprivasi
parental).
Contoh disfungsi keluarga yang
menggambarkan terganggunya hubungan antar anggota keluarga ayah,ibu dan anak
dengan resiko gangguan kepribadian dan penyimpangan anak, antara lain sebagai
berikut:
a.
Kematian
orangtua,
b.
Orangtua
bercerai
c.
Hubungan
kedua orangtua tidak harmonis
d.
Hubungan
antara orangtua dan anak tidak harmonis
e.
Suasana
rumah tangga yang tegang
f.
Suasana
rumah tangga tanpa kehangatan
g.
Orangtua
sibuk dan jarang dirumah
h.
Orangtua
mempunyai kelainan kepribadian
Ø Pendekatan
Holistik
Tumbuh kembang kepribadian anak seutuhnya
dipengaruhi oleh 4 faktor yang saling berinteraksi satu dengan lainnya, yaitu:
faktor organobiologik, psikoedukatif, social budaya dan spiritual.
Gangguan Kepribadian
Kepribadian orangtua juga mempengaruhi
perkembangan jiwa anak. Bila salah seorang atau kedua orangtua mempunyai
kelainan kepribadian, maka persentase anak mengalami gangguan kepribadian akan
jauh lebih tinggi daripada kalau kedua orangtua itu mempunyai gangguan
kepribadian.
Ø Jenis-jenis
Gangguan Kepribadian
a.
gangguan
kepribadian psikopatik,
b.
gangguan
kepribadian schizoid,
c.
gangguan
kepribadian skizotipal,
d.
gangguan
kepribadian ambang,
e.
gangguan
kepribadian histerik,
f.
gangguan
kepribadian narsistik
g.
gangguan
kepribadian menghindar,
h.
gangguan
kepribadian astenik
i.
gangguan
kepribadian anankastik,
j.
gangguan
kepribadian siklotimik,
k.
gangguan
kepribadian eksplosif,
l.
gangguan
kepribadian pasif-agresif.
Secara umum kriteria diagnostik
gangguan kepribadian adalah sebagai berikut:
·
suatu
pola kepribadian yang menetap yang berasal dari pengalaman dalam diri dan
perilaku yang merupakan penyimpangan bermakna dari harapan seseorang.
· Pola
kepribadian yang menetap yang ditandai dengan tidak lentur (inflexible) dan
mempengaruhi hubungan pribadi dan sosial.
·
Pola
kepribadian menetap yang ditandai dengan gejala klinis (distress) yang bermakna
atau hendaya sosial, pekerjaan dan fungdi-fungsi lain yang lain.
·
Pola
kepribadian ini bukan disebabkan karena karena gangguan fisiologis, misalnya
penyalahgunaaan NAZA (narkotika, Alkohol & Zat Adiktif), pengaruh
pengobatan atau
kondisi
medis misalnya trauma kepala.
Gangguan Kepribadian Karena
NAZA
Gangguan kepribadian sebagai berikut:
a.
Sering
membolos
b.
Terlibat
kenakalan remaja
c.
Dikeluarkan
atau diskors dari sekolah
d.
Sering
minggat dari rumah
e.
Selalu
berbohonh
f.
Berulang-ulang
melakukan hubungan seks
g.
Seringkali
mabuk
h.
Seringkali
mencuri
i.
Seringkali
merusak barang milik orang lain
j.
Prestasi
disekolah merosot sehingga tidak naik kelas
k.
Seringkali
melawan otoritas yang lebih tinggi seperti melawan orangtua
l.
Seringkali
memulai perkelahian.
Mereka yang
mengkonsumsi NAZA akan mengalami gangguan mental dan perilaku, sebagai akibat
terganggunya sistemneuro-transmitter pada sel-sel susunan saraf pusat di otak.
Ø Ganja
Yang mengkonsumsi ganja akan
memperlihatkan perubahan-perubahan mental dan perilaku sebagai berikut:
1.
Jantung
berdebar-debar (palpitasi)
2.
Gejala
psikologik:
a.
Euforia,
yaitu rasa gembira tanpa sebab dan tidak wajar,
b.
Halusinasi
dan delusi, halusinasi adalah pengalaman panca-indera tanpa adanya sumber
stimulus (rangsangan) yang menimbulkannya.
Ø Opiat
Mereka yang mengkonsumsi opiat dengan
cara menghirup asap setelah bubuk opiat dibakar atau disuntikkan setelah bubuk
opiat dilarutkan dalam air akan mengalami hal-hal berikut ini:
1.
Pupil
mata mengecil, atau sebaliknya melebar.
2.
Euforia
atau sebaliknya disforia, euforia adalah gangguan pada perasaan yang
bersangkutan merasakan kenyamanan (fly). Disforia adalah gangguan pada perasaan
yang bersangkutan merasakan kemurungan, ketidaknyamanan.
3.
Apatis
(acuh tak acuh/masa bodoh)
4.
Retardasi
psikomotor (lesu/tidak ada tenaga)
5.
Mengantuk/tidur
6.
Pembicaraan
cadel
7.
Gangguan
konsentrasi
8.
Daya
ingat menurun
9.
Tingkah
laku maladaptive.
Ø Kokain
Ø Alcohol
Ø Amphetamine
Ø Sedativia
Ø Tembakau/rokok.
Depresi tinjauan
psikologis
Depresi
adalah gangguan mood. Kata “mood” menggambarkan emosi seseorang, serangkaian
perasaan yang menggambarkan kenyamanan atau ketidaknyamanan emosi.
Kadang-kadang mood diartikan sebagai emosi yang bertahan lama yang mewarnai
kehidupan dan keadaan kejiwaan seseorang.
Depresi secara umum terdiri dari
beberapa jenis, yaitu :
1.
Depresi
ringan.
2.
Depresi
sedang.
3.
Depresi
berat.
4.
Gangguan
bipolar.
Gejala depresi adalah kumpulan dari
perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat di kelompokkan sebagai
depresi.
1.
Gejala
fisik meliputi gangguan pola tidur, menurunnya tingkat aktivitas, dan
menurunnya efisiensi kerja.
2.
Gejala
psikis meliputi kehilangan rasa percaya diri, sensitif, dan merasa dirinya
tidak berguna.
3.
Gejala
sosial meliputi mudah marah, tersinggung, dan menyendiri dengan orang lain yang
ada di lingkungannya.
4.
Simtom-sintom
depresi meliputi simtom emosional, simtom kognitif, simtom motivasional, dan
simtom fisik.
Jenis-jenis depresi seperti :
1.
Mild
depression/minor depression dan dysthymic disorder
2.
Moderate
depression
3.
Severe
depression/major depression
Jenis-jenis depresi menurut klasifikasi
nasologi seperti depresi psikogenik, depresi endogenik, dan depresi
somatogenik. Jenis depresi menurut penyebabnya seperti depresi reaktif, depresi
endogenus, dan depresi primer dan sekunder. Jenis depresi menurut gejalanya
seperti depresi neurotik, depresi psikotik, dan psikosis depresi manik (disebut
juga depresi bipolar), dan jenis depresi menurut arah penyakit seperti depresi
unipolar, depresi bipolar.
Depresi tersembunyi adalah depresi
dengan gannguan fisik misalnya keletihan, sakit kepala, dan tidak nafsu makan.
Depresi para perempuan seperti siklus menstruasi, kehamilan, dan kelahiran.
Depresi pada remaja seperti mood yang suram atau mudah tersinggung, kemarahan,
dan hilangnya minat melakukan sesuatu. Depresi pada anak seperti banyak
menunjukkan fobia, kecemasan bila ditinggal, dan komplain sakit somatis.
Burnout adalah keadaan seseorang ditempat kerja yang ditandai dengan menurunnya
produktivitas karena stress ditempat kerja yang terus-menerus.
Penyebab depresi seperti dari faktor
fisik meliputi faktor genetik, susunan kimia otak dan tubuh, faktor usia,
gender, gaya hidup, penyakit fisik, obat-obatan, obat-obatan terlarang, dan
kurang nya cahaya matahari. Dari faktor psikologis meliputi kepribadian, pola
pikir, harga diri, stress, lingkungan keluarga, dan penyakit jangka panjang.
Teori-teori yang dapat menjelaskan
timbulnya gangguan depresi seperti:
1.
Teori
psikoanalisis
2.
Teori
perilaku atau behavioral
3.
Teori
biologi
4.
Teori
stress
5.
Teori
kognitif
6.
Teori
humanistis-eksistensial
Setiap teori mempunyai konsep yang
berbeda-beda mengenai depresi. Semua teori berusaha untuk menggambarkan
penyebab depresi yang sangat dipengaruhi oleh masing-masing pendekatan.
Penyakit mematikan dan depresi yaitu
seperti penyakit jantung, penyakit kanker, dan penyakit stroke. Yang disebabkan
oleh makanan yang tidak sehat, kurang berolahraga, riwayat keluarga,
minum-minuman keras, merokok.
Risiko yang ditimbulkan oleh depresi
bisa dengan bunuh diri, gangguan tidur atau insomnia dan hypersomnia,
gangguan dalam hubungan, gangguan dalam
pekerjaan, gangguan pola makan, dan perilaku yang merusak.
Cara menanggulangi depresi dengan :
1.
Obat
anti depresan
2.
CBT
(cognitive behavior therapy) adalah terapi yang paling sesuai untuk ganggan
harga diri dan depresi,terapi
3.
Terapi
interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada
hubungan antara orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit kejiwaan.
4.
Konseling
kelompok dan dukungan social kegunaan konseling ini adalah untuk merasa dirinya
dimiliki dan dihargai, individu dapat berbincang tentang kebimbangan
mereka,nilai hidup mereka dan masalah-masalah yang dihadapi.
5.
Olahraga
6.
Diet
(mengatur pola makan)
7.
Terapi
humor
8.
Berdoa
9.
Hipnoterapi
dan hidrotermal
10. Menolong orang yang sedang menderita
depresi
Depresi Aspek
Neurobiologi Diagnosis dan Tatalaksana
Depresi
ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iribilitas. Pasien mengalami
distrorsi kognitif seperti mengeritik diri sendiri, timbul rasa bersalah,
perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun, pesimis dan putus asa.
Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi psikomotor, dan menarik diri
dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan tidur seperti sulit masuk tidur
atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu pula dengan gairah
seksual.
Ada
beberapa faktor penyebab depresi, yaitu mulai dari faktor genetik sampai dengan
faktor nongenetik, ketidakseimbangan biogenik amin, gangguan neuroendokrin, dan
perubahan neurofisiologi, serta faktor psikologik seperti kehilangan objek yang
dicintai, hilangnya harga diri, distorsi kognitif, ketidakberdayaan yang
dipelajari dan faktor-faktor lain, diduga berperan dalam terjadinya depresi.
Dua
bentuk gangguan mood yang dikenal yaitu depresi dan mania. Keduanya terjadi
dalam bentuk suatu continuum dari keadaan normal kebentuk yang jelas-jelas
patologik. Pada beberapa pasien gejala-gejala nya bisa disertai dengan ciri
psikotik.
Aspek neurobiology molekuler depresi
Depresi
merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. World health
organization (WHO) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat
penyakit di dunia. Depresi mengenai sekitar 20% wanita dan 12% laki-laki pada
suatu waktu dalam kehidupan.
Ada
beberapa faktor penyebab depresi, yaitu mulai dari faktor genetik sampai dengan
faktor nongenetik, ketidakseimbangan biogenik amin, gangguan neuroendokrin, dan
perubahan neurofisiologi, serta faktor psikologik seperti kehilangan objek yang
dicintai, hilangnya harga diri, distorsi kognitif, ketidakberdayaan yang
dipelajari dan faktor-faktor lain, diduga berperan dalam terjadinya depresi.
Faktor-faktor
risiko seperti jenis kelamin, usia, status perkawinan, geografis, riwayat
keluarga, kepribadian, stressor sosial, dukungan sosial, dan tidak bekerja.
Aspek genetik depresi seperti faktor genetik, study keluarga, study anak
kembar, study anak angkat, dan bentuk transmisi.
Ketidak seimbangan
biogenic amin
Korteks limbik yang berhubungan dengan
neokorteks mengatur fungsi luhur. Sedangkan yang berhubungan dengan midbrain
dan batang otak terkait dalam pengaturan sistem otonom, produksi hormon, dan
siklus tidur-bangun.
Monoamin dan depresi
Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa zat-zat yang menyebabkan berkurangnya monoamin
seperti reserpin dapat menyebabkan depresi. Akibatnya timbul teori yang
menyatakan bahwa berkurangnya ketersediaan neurotransmitter monoamin, terutama
norepinefrin (NE) dan serotonin, dapat menyebabkan depresi.
Serotonin
berfungsi sebagai pengatur tidur, selera makan, dan ibido. Noradrenergik
berproyeksi ke paraventrikular nucleus hipotalamus. Aktivasi noradrenergik
dapat meningkatkan sintesis dan pelepasan CRH. Empat jaras dopamine di otak
yaitu sistem tuberoinfundibular, sistem nigrostriatal, sistem mesolimbik,
sistem mesokorteks-mesolimbik.
Neurotransmitter lain neuron kolinergik mengandung asetilkolin yang
terdistribusi difus di konteks serebri yang mempunyai hubungan dengan sistem
monoamin.
Messenger intraseluler,
factor neuropik, dan depresi
Neurotropin
adalah faktor tropic yang penting dalam perkembangan neuron. Neurotropin
terdiri dari brain derived neurotropic factor (BDNF), neurotropin -3,
neurotropin -4/5, dan nerve growth factor (NGH).
Antidepresan mengatur
neurotropin
Faktor-faktor
yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf seperti neurotropin, BDNF, dan NGF
berperan dalam difrensiasi dan pertumbuhan berbagai bentuk neuron pada otak
yang dalam stadium pertumbuhan.
Gangguan regulasi
hormone
Abnormalitas aktivitas adenilat siklase
platelet, hidrolisis pospoinositida, metabolism kalsium intraseluler, dan
fungsi protein –G ditemukan pada gangguan depresi.
1.
Cortical-hypothalamic-pituitary-adrenal
cortical axis (CHPA).
2.
Aksis
tiroid.
Hormon pertumbuhan
Sekresi hormon pertumbuhan dan
hipofisis anterior oleh neropinefin, dopamine dan di hambat oleh CRH dan
somatostatin, suatu neuropeptida hipotalamus.
1.
Somatostatin
adalah hormone hipotalamik-hipofisiotropik di SSP sebagai neurotransmitter.
2.
Prolaktin
pelepasan prolaktin dari hipofisis dirangsang oleh serotonin dan dihambat oleh
dopamin.
Gangguan ritmik
sirkadian
Penderita depresi yang mengalami
gangguan tidur memperlihatkan penumpulan ritmik sirkadian sekresi kortisol,
hormon pertumbuhan, dan temperature tubuh.
Gangguan metabolik
serebri
Positron
emission tomography (PET) merupakan metode yang penting untuk memvisualisasikan
metabolisme otak. Kesedihan dikaitkan dengan peningkatan aliran darah otak ke
thalamus dan korteks prefrontal medial.
Penatalaksanaan depresi
A. Psikoterapi
yaitu terapi yang digunakan untuk
menghilangkan keluhan-keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau
pola perilaku maladaptive. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan
hubungan yang professional antara terapis dengan pasien.
1.
Terapi
kognitif bertujuan untuk menghilangkan simtom depresi melalui usaha yang
sistematis yaitu merubah cara fikir maladaptive dan otomatik pada pasien-pasien
depresi.
2.
Psikoterapi
suportif bertujuan untuk membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
emosinya dan bantu untuk ventilasi.
3.
Psikoterapi
psikodinamik yaitu kerentanan psikologik terjadi akibat konflik perkembangan
yang tak slesai.
4.
Psikoterapi
dinamik singkat tujuannya menciptakan lingkungan yang aman buat pasien. Pasien
dapat mengenal materi konfliknya dan dapat mengekspresikannya.
5.
Terapi
kelompok keuntungan nya biaya lebih murah dan membantu pasien dalam
mengaplikasikan keterampilan baru.
6.
Terapi
perkawinan problem perkawinan dan keluarga sering menyertai depresi. Ia dapat
mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan perkawinan
merupakan hal penting dalam terapi ini.
7.
Psikoterapi berorientasi tilikan berguna pada
pasien depresi minor kronik tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor
yang mengalami remisi tetapi mempunyai konflik.
B. Terapi biologik
Sebagian besar penderita membutuhkan
antidepresan (70%-80% pasien berespons terhadap antidepresan), walaupun yang
mempresipitasi terjadinya depresi jelas terlihat atau dapat diidentifikasi.
Kerja obat-obat antidepresan pada aksis
HPA, hipokampus dan amigdala kerja masing-masing antidepresan ini berbeda, ia
tidak hanya bekerja pada satu lokasi atau melalui mekanisme tunggal.
Peranan tianeptin pada
depresi
Tianeptin
adalah dibenzotiazepine yang mempunyai efek antidepresan. Ia bekerja sangat
unik, yaitu paradoks bila dibandingkan
dengan obat-obat antidepresan lain. Mekanisme kerja tianeptin adalah
meningkatkan ambilan serotonin sehingga serotonin PVN menurun. Dengan kata
lain, kerja tianeptin pada aksis HPA adalah melalui pengurangan atau inhibisi
serotonin.
Tianeptin
mencegah terjadinya pengurangan titik cabang dan panjang apical dendrit. Ia
dapat pula memperbaiki retraksi dendrit yang terjadi.

